4 Hari Terakhir Kampanye Jokowi adalah judul sebuah esai yang disertakan dalam Lomba Esai Jokowi JK. Sebelumnya catatan ini belum bisa diposting karena berhubungan dengan aturan dari panitia lomba bahwa esai belum pernah dimuat di media lain, baru sekarang setelah melewati 5 September 2014 esai ini bisa diposting seutuhnya.
Begini kisah lengkapnya...
Kalau pada pemilihan presiden tahun-tahun sebelumya biasanya saya sama sekali tidak peduli, maka pada pemilihan presiden 2014 ini saya tidak seperti biasanya, bahkan ada keinginan untuk ikut bergabung dengan kelompok relawan Jokowi, karena secara pribadi saya menyukai figur dan gaya kepemimpinan Jokowi selama ini, mulai dari Jokowi sebagai Walikota Solo kemudian terpilih menjadi Gubernur DKI, karena itu juga saya sangat suka memakai T-Shirt yang bertuliskan “Gagal Golput Karena Jokowi”. Di mata saya Jokowi adalah figur pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang tentu tak biasa, gaya kepemimpinan Jokowi tidak seperti kebanyakan pemimpin yang ada saat ini, itulah yang saya sebut “Pesona Jokowi”.
Berawal dari informasi dari seorang teman di Jakarta, saya bergabung dengan kelompok relawan PAHMI PROJO-JK yang secara kebetulan saat itu masih membutuhkan tenaga IT dan sesuai dengan kemampuan dan bidang pekerjaan yang saya kuasai, tanggal 7 Juni 2014 saya bergabung menjadi anggota relawan bersama kelompok tersebut. Secara pribadi tentu saja saya sangat bangga menjadi relawan Jokowi, walaupun tidak dijanjikan apa-apa tetapi saya merasa ikut terlibat dalam sejarah dan ikut mewarnai pesta demokrasi paling akbar di negeri ini, sebagai sesuatu yang sangat berarti untuk diceritakan pada anak-cucu nanti.
Tugas utama saya membuat dan mengupdate akun-akun media sosial dan website, pada saat itu sedang bergulir isu kampanye negatif, menurut saya cenderung fitnah yang mengatakan Jokowi non-muslim. Dengan berbagai data dan foto yang saya dapat dari berbagai sumber di internet saya berusaha memuat posting di media-media sosial dan dibuat dokumen dalam bentuk DVD yang tujuannya untuk meyakinkan masyarakat bahwa isu itu sama sekali tidak benar, itu hanya fitnah yang sangat keji. Terkadang saya harus berdebat dengan pendukung kubu sebelah karena perbedaan faham, tentu saja menggunakan kalimat yang tegas tapi tetap sopan, sehingga banyak yang simpatik kepada saya. Selain mengupdate media sosial juga mengorganisir kawan-kawan relawan yang berada di daerah, kelompok relawan kami berkonsentrasi di empat belas kecamatan di enam kabupaten di Jawa Barat, serta mencari dan mendistribusikan atribut kampanye yang kami dapat berupa T-shirt dan spanduk ke kawan-kawan di daerah. Selain itu saya juga secara tidak langsung sering diberi tanggung jawab sebagai sopir mobil, padahal buat saya yang berasal dari daerah, sangat susah untuk menghapal jalan-jalan di kota metropolitan seperti Jakarta dalam waktu singkat.
Minggu pertama Juli 2014 adalah saat-saat terakhir kampanye Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla sebagai capres dan cawapres di mana saya dan teman-teman mengikuti rombongan kampanye Jokowi mulai tanggal 1 Juli di Cilegon Banten dan berakhir pada hari Jum’at tanggal 4 Juli kami ketinggalan rombongan di jalan tol Jagorawi pada hari terakhir kampanye saat rombongan yang semalam menginap di kota Bandung rencananya akan berkampanye terakhir di Bogor, Depok, Bekasi, Karawang dan berakhir dengan do’a istigoshah di Jakarta.
Kampanye Capres Jokowi di Cilegon Banten |
Sejak dari Bandung kemudian memasuki tol Cipularang mobil kami berada di belakang bus Pers-2, perjalanan menuju Bogor itu sangat lancar dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam. Memasuki tol Jagorawi tiba-tiba bus itu jalannya melambat tapi kami tetap mengikuti di belakangnya, saya pikir perjalanan rombongan agak terhambat karena memang tol di negeri ini sering macet. Setelah sekian lama berjalan lambat dari arah belakang polisi pengawal menyalip mobil kami dan melaju ke depan, tapi saya masih yakin berada dalam rombongan karena masih berada di belakang bus itu, tanpa disadari entah ada masalah apa dengan bus yang tiba-tiba masuk rest area, dikira akan mengikuti sholat Jumat di sana, ternyata bus itu hanya mengisi bahan bakar kemudian kembali masuk jalan tol dan keluar di gerbang tol Cibinong.
Kami beranggapan bus Pers-2 itu walaupun jauh ketinggalan dengan rombongan tapi mereka pasti tahu tempat kampanye Jokowi di kabupaten Bogor dan mereka akan menuju ke sana, makanya kami terus mengikutinya. Tiba di sebuah perempatan jalan seorang peserta dari bus itu turun dengan membawa perlengkapan pribadinya, dari situ kami mulai tidak yakin dan beranggapan bahwa bus itu mungkin tidak mengikuti rombongan Jokowi lagi dan satu persatu penumpangnya turun dan pulang. Akhirnya kami mengambil inisiatif mencari masjid terdekat untuk mengikuti sholat Jum’at dulu kemudian mencari informasi lokasi kampanye Jokowi untuk kemudian bergabung lagi. Dari situlah kami berpisah dengan rombongan kampanye Jokowi tanpa pernah bertemu lagi walaupun kami sempat menyusulnya ke Karawang Timur pada malam harinya tapi usaha kami tidak berhasil.
Kamis 3 Juli 2014 buat saya adalah hari yang paling berkesan selama mengikuti kampanye Jokowi pada empat hari terakhir kamapnyenya. Rencana sebelumnya kami akan mengikuti kampanye Jokowi mulai dari lapangan Tegal Lega Kota Bandung, apalagi jaraknya tidak jauh dari tempat kami menginap dan beristirahat di sebuah posko relawan Jokowi di jalan Astana Anyar Bandung. Sore hari sebelumnya Selasa 2 Juli 2014 kami mengikuti kampanye Jokowi mulai dari Batu Jajar Kab. Bandung Barat sampai berakhir dengan kampanye Jokowi di Bandung Convention Center jalan Soekarno-Hatta kota Bandung yang selesai menjelang tengah malam.
Kampanye Capres Jokowi di Batujajar Bandung Barat |
Jokowi terlambat datang di lapangan Tegal Lega yang rencananya mulai jam 9 pagi, menurut informasi pagi itu Jokowi melayat salah seorang kerabatnya Nanang Ma’soem (alm) di Rancaekek Bandung Timur yang tadi malam meninggal dan dimakamkan pagi ini. Dapat kabar melalui SMS dari seorang teman di Bandung Timur bahwa agenda siang ini Jokowi akan mengunjungi sebuah pesantren di Kecamatan Solokan Jeruk Kabupaten Bandung.
Pukul sepuluh pagi kami langsung meluncur dari jalan Astana Anyar menuju ke pesantren tersebut. Sejak pergi dari Jakarta pagi kemarin saya ditunjuk menjadi sopir karena dibanding teman-teman yang ikut di mobil saya lebih hapal jalan-jalan di Bandung dan sekitarnya. Kondisi lalu-lintas di ibu kota provinsi Jawa Barat itu cukup lancar, dari jalan Astanya Anyar kemudian masuk tol Padaleunyi dari gerbang Kopo. Di perjalanan sempat melihat iring-iringan beberapa mobil rombongan kampanye capres-cawapres sebelah yang mungkin pada saat yang bersamaan sedang melakukan kampanye di Jawa Barat. Kurang dari satu jam kemudian kami telah sampai di pesantren Solokan Jeruk. Masyarakat yang antusias untuk menyambut dan melihat Jokowi secara langsung sudah mulai ramai, baik di pinggiran jalan maupun di area pesantren. Setelah memarkir mobil di area parkir pesantren kami segera masuk ke dalam pesantren yang juga sudah dipadati simpatisan pendukung Jokowi, saat itu tengah diadakan ceramah oleh Haji Ucu, seorang anggota DPR-RI terpilih dari salah satu partai koalisi pengusung Jokowi-JK untuk mengisi acara sambil menunggu kedatangan Jokowi di pesantren itu
Menunggu Capres Jokowi di Pesantren Solokan Jeruk Bandung |
Matahari sudah mulai turun dari puncaknya setelah lebih dari 1 jam menunggu di sebuah peantren di Kecamatan Solokan Jeruk. Usai sholat dzuhur di masjid pesantren sambil beristirahat tanpa makanan dan minuman karena memang bertepatan dengan bulan Ramadhan. Untuk mencairkan suasana yang mulai jenuh karena lama menunggu, saya dan pak Hariyadi berjalan keluar dari area pesantren itu mencari suasana baru, di luar area pesantren ada sebuah tempat rindang dengan pepohonan kami bergabung dengan beberapa orang yang pada saat itu juga sedang menunggu kedatangan Jokowi di sana, di situ ada bapak-bapak dan ibu-ibu yang semuanya menggunakan T-shirt bergambar Jokowi-JK, ibu-ibu itu mengaku dari komunitas senam Solokan Jeruk, mereka menganggap kami bagian dari tim sukses Jokowi dari Jakarta sehingga banyak yang bertanya tentang kemungkinan kemenagan Jokowi pada pemilu nanti. Tak terasa waktu terus berjalan dan hari beranjak sore saat mereka selalu bertanya ‘sudah sampai di mana Jokowi sekarang ?'
Usai sholat Ashar berjamaah di masjid pesantren itu saya menerima informasi Jokowi sudah hampir tiba sekira dua atau tiga kilometerlagi, kamipun bersiap mencari lokasi strategis untuk bisa mengambil foto Jokowi, karena berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya di tempat lain, sangat susah untuk mengambil foto Jokowi kalau tidak dipersiapkan dengan baik, karena di manapun Jokowi berada pasti dipenuhi oleh kerumunan massa yang antusias ingin bersalaman dengannya atau sekedar melihatnya secara langsung, bahkan waktu di Batu Jajar saya melihat Jokowi seperti melayang di antara ratusan atau mungkin ribuan pendukung yang ingin bersalaman atau sekedar ingin melihat Jokowi dari dekat. Kebetulan waktu di Batu Jajar saya mendapat posisi yang sangat strategis untuk meliput kampanye Jokowi di atas panggung dengan lahan yang sangat sempit, bahkan lebih strategis dibandingkan posisi wartawan dari media cetak dan wartawan TV nasional.
Sudah dapat posisi yang sangat strategis untuk dapat meliput kampanye Jokowi di Pesantren itu ketika ada kabar lagi katanya agenda Jokowi di pesantren itu dibatalkan tanpa kami tahu apa alasannya? Mendengar kabar itu kami tidak mau ketinggalan rombongan, kami mempersiapkan mobil tepat di bahu jalan yang akan dilalui oleh rombongan Jokowi dengan harapan kami bisa mengikuti tepat di belakang rombongan yang menurut kabar waktu itu akan menuju ke kota Garut. Hal yang sama pernah kami lakukan saat mengikuti perjalanan rombongan Jokowi dari Cilegon Banten menuju Jakarta, kami berhasil masuk ke dalam rombongan dan mengikutinya sampai akhirnya rombongan bubar tidak karuan di jalan Sawo Menteng Jakarta.
Tak lama kemudian dengan didahului oleh mobil polisi pengawal tepat di belakangnya nampak mobil minibus van warna putih yang biasa dikendarai oleh Jokowi saat kampanye, rapatnya pengendara sepeda motor di jalanan pada saat itu membuat jarak antara mobil rombongan di belakang mobil Jokowi agak berjauhan, seperti memberikan ruang kepada kami yang segera memacu mobil kami melaju dengan jarak beberapa mobil saja dengan yang ditumpangi Jokowi, beberapa puluh meter di belakang ada dua mobil polisi pengawal dengan jarak agak berjauhan karena sulit untuk melaju kencang di jalanan kecil yang disesaki oleh sepeda motor dan pejalan kaki yang ingin melihat Jokowi melintas di jalan itu.
Dalam hitungan beberapa menit sampai di perempatan jalan baru Majalaya dengan kondisi jalanan yang sangat macet, sore itu sepeda motor memang sangat banyak seperti air yang sengaja ditumpahkan ke jalanan, lalu-lintas sangat semrawut dan susah untuk bergerak diantara kerumunan sepeda motor dan pejalan kaki, akhirnya mobil kami berhenti total di perempatan jalan itu untuk waktu lumayan lama. Dalam keadaan macet itu dari dalam mobil saya mencoba menyelidiki apa yang terjadi di perempatan itu, ternyata Jokowi turun dari mobilnya untuk memberikan orasi kampanyenya di panggung yang didirikan di tepi perempatan jalan, memang tidak terlihat dengan jelas karena selain jaraknya cukup jauh juga karena kerumunan kendaraan yang membuat kami hanya melihat dari dalam mobil saja tanpa bisa berbuat banyak.
Situasi Jalanan di Perempatan Jalan Baru Majalaya Saat Kampanye Jokowi |
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 lebih dua 25 menit saat kendaraan rombongan Jokowi sudah bisa sedikit bergerak walaupun sangat perlahan-lahan karena kondisi jalanan yang sangat padat dan semrawut susah untuk dilalui. Dengan susah payah rombongan berhasil keluar dari perempatan jalan itu dan masuk ke arah Majalaya untuk kemudian bergerak menuju ke kota Garut. Di dalam benak saya beranggapan mungkin rombongan akan melalui jalur alternatif menuju kota Garut melalui jalan Cijapati.
Adzan maghrib terdengar dari masjid-masjid terdekat saat kami masih belum tahu di mana dan berapa jauh jarak kami dengan rombongan Jokowi yang dipisahkan pada saat macet di perempatan jalan tadi itu? Sambil berbuka puasa di dalam mobil dengan minuman dan makanan alakadarnya yang sempat dibeli tadi sore di Solokan Jeruk kami terus bergerak mengikuti jalan menuju Majalaya. Yang membuat kami yakin jarak antara mobil kami dengan romongan Jokowi tidak terlalu jauh adalah ramainya kerumunan massa yang mengenakan atribut kampanye Jokowi masih banyak di pinggir-pinggir jalan, mirip seperti keadaan yang pernah kami lalui saat kami mengikuti rombongan kampanye Jokowi di beberapa tempat lain pada hari-hari sebelumnya. Dalam hati saya yakin bahwa rombongan pasti akan berhenti di sebuah masjid atau rumah makan terdekat untuk melaksanakan buka puasa dan melaksanakan sholat maghrib.
Beberapa saat kemudian mobil kami masih terus berjalan dengan kondisi lalu-lintas yang sudah mulai lancar, kami berharap bisa bertemu dengan rombongan Jokowi dan bergabung tepat di belakangnya, tetapi anehnya jalanan itu mulai sepi, tidak terlihat lagi kerumunan masyarakat di pinggir jalan, saya berpikir mungkin rombongan sudah jauh di depan dan berbelok tanpa saya tahu ke mana arahnya. Kami mulai bertanya-tanya dan pesimis untuk bisa bergabung dengan rombongan. Setelah bermusyawarah kami memutuskan untuk tetap menuju kota Garut dan kembali mengikuti rombongan Jokowi dari sana.
Dalam perjalanan yang penuh kekecewaan karena tidak bisa mengikuti rombongan Jokowi, teman-teman di mobil yang semuanya berjumlah empat orang sudah mulai agak kecewa, terlihat selain dari raut wajahnya juga dari pembicaraan di dalam mobil yang sudah mulai sunyi, mungkin mereka memilih untuk tidur saja dalam perjalanan menuju kota Garut, saya masih tetap konsentrasi mengendarai mobil yang bisa dipacu sedikit ngebut karena jalanan saat itu sangat sepi.
Sampai di sebuah masjid di ujung perkampungan dekat pesawahan mendadak saya memperlambat laju mobil karena melihat ada beberapa mobil polisi pengawal di seberang masjid kecil di sebelah kiri jalan, mereka berhenti dengan lampu patroli yang terus menyala. Penasaran dengan mobil polisi pengawal itu kemudian saya menengok ke arah kanan, di area parkir halaman masjid itu terdapat sebuah mobil minibus warna putih dengan beberapa orang berdiri di sampingnya, ada juga beberapa mobil berwarna gelap berdekatan dengan minibus putih itu. Kami berhenti dan parkir beberapa meter di depan mobil polisi pengawal terdepan untuk melihat siapa gerangan yang aberdiri di dekat minibus putih itu? tentu saja dengan penuh harapan kalau mobil putih itu kendaraan pribadinya Jokowi yang biasa dipakai saat ia kampanye. Tetapi kalau memang itu rombongan kampanye Jokowi, ke mana mobil-mobil lain yang biasanya mengikuti kampanye Jokowi? biasanya rombongan Jokowi lebih dari dua puluh mobil termasuk di dalamnya ada mobil relawan dan bus pers. Saya tidak ikut turun dan mesin mobil tetap menyala saat teman saya Irzal dan Muhyat berusaha memastikan siapa orang yang berada di dekat minibus putih dengan pengawalan polisi itu?
Tidak sampai lima menit saat Irzal dan Muhyat dengan terburu-buru kembali naik ke mobil dengan muka berbinar-binar sambil bicara agak keras “Itu Jokowi” teriaknya. Tak lama kemudian minibus putih yang ditumpangi Jokowi itu mulai keluar dari area parkir halaman masjid dengan didahului oleh dua mobil polisi pengawal di depan, kami bersiap-siap hendak mengikuti rombongan kecil itu di belakang mobil polisi pengawal paling belakang, tetapi anehnya mobil polisi pengawal yang paling belakang itu bergerak melambat seolah-olah memberikan kesempatan kepada kami untuk bergabung masuk dalam rombongan, tapi saya agak ragu karena belum terbiasa mengikuti rombongan orang-orang penting, apalagi itu rombongan calon RI-1, saya membiarkan mobil polisi paling belakang itu lewat dan tetap mengikuti di belakangnya tanpa masuk ke dalam rombongan.
Dalam perjalanan dari masjid itu kami mulai semangat lagi karena berhasil mengikuti rombongan Jokowi tepat di belakang mereka, pembicaraan teman-teman di dalam mobil pun terasa ramai lagi. Kami terus berjalan melewati beberapa perkampungan, tetapi tidak ada lagi kerumunan massa seperti sebelumnya, mungkin tidak ada yang tahu kalau ada rombongan Jokowi sedang lewat di sana atau mungkin masyarakat lebih mementingkan untuk melaksanakan sholat tarawih karena memang saat itu sudah menjelang adzan Isya, sehingga rombongan bisa memacu laju kendaraannya lebih kencang.
Ternyata rombongan tidak masuk ke jalur alternatif jalan Cijapati melainkan berbelok ke kiri melalui jalan raya ke arah Nagreg. Di perjalanan hampir mendekati Nagreg tiba-tiba rombongan berhenti lagi, tetapi bukan di masjid untuk mengikuti shalat Isya dan tarawih berjamaah, melainkan berhenti di sebuah rumah makan khas Sunda yang ukurannya kecil dan sangat sederhana untuk rombongan orang penting seperti Jokowi. Kami ikut berhenti dan turun dari mobil mengikuti Jokowi yang pada saat itu mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Memang pada perjalanan menuju kota Garut itu jumlah rombongan pengikut Jokowi tidak banyak, mungkin rombongan lainnya sudah berjalan lebih dahulu dan menyambut Jokowi di kota Garut.
Dalam rombongan itu Jokowi hanya diikuti oleh empat orang saja diantaranya nampak orang yang saya ketahui ada Maruarar Sirait, yang lainnya sama sekali saya tidak mengenalnya tapi kelihatannya ada seorang asisten pribadi Jokowi yang mengenakan baju batik warna merah marun, selebihnya ada polisi lalu-lintas dengan seragam lengkap berjumlah tak lebih dari sepuluh orang yang turun dari beberapa mobil pengawal. Di sebuah meja tak jauh dari pintu masuk rumah makan itu Jokowi duduk bersebelahan dengan Maruarar Sirait, di depannya duduk seseorang mengenakan kemeja putih juga, beberapa meja di depan Jokowi dipenuhi oleh polisi pengawal, sedangkan kami menempati meja tepat di sebelah kanan mejanya Jokowi, sehingga dengan leluasa bisa melihat Jokowi sedang mengobrol sambil menunggu hidangan makanan siap saji yang sedang dihangatkan.
Pak Hariadi adalah seorang tua yang ikut bersama kami, beliau adalah sesepuh kader partai yang pernah bersama-sama dengan Jokowi saat ia pertama kali mencalonkan diri sebagai walikota di Solo. Sejak mengikuti Jokowi berkampanye di Cilegon Banten kami terus mengikuti kampanye terakhir Jokowi di beberapa daerah di Jawa Barat, beliau juga merupakan anggota relawan PAHMI PROJO-JK.
Pak Hariadi Bersama Pak Jokowi Sebelum Jadi Calon Presiden |
Setelah duduk sejenak pak Hariadi bergegas menghampiri Jokowi dari arah belakang, kedengaranya beliau menyapa dan menyalami Jokowi, kemudian mereka berdua terlibat dalam perbincangan menggunakan bahasa Jawa, melihat ada orang di belakangnya Maruarar Sirait yang duduk di samping Jokowi kemudian berdiri dan meninggalkan kursinya seolah-olah mempersilahkan pak Hariadi untuk duduk di kursinya. Entah apa yang mereka perbincangkan karena saya tidak mengerti bahasa Jawa, tetapi kelihatan perbincangan mereka berdua sangat hangat, seperti teman yang sudah lama tidak ketemu. Sebelumnya memang saya pernah melihat beberapa foto Jokowi bersama pak Hariadi pada akun facebooknya, mungkin kejadian itu sudah belasan tahun berlalu karena di foto itu wajah mereka tampak lebih muda, ada juga foto saat mereka menggunakan helm proyek yang sepertinya sedang meninjau sebuah pabrik di luar negeri. Tidak cukup lama mereka berbincang-bincang karena beberapa orang pelayan yang membawa hidangan makanan segera datang dan pak Hariyadi kembali ke meja kami untuk bersama-sama menyantap hidangan rumah makan khas Sunda itu.
Selama makan saya sering memperhatikan Jokowi menyantap hidangan makanan berat setelah seharian berpuasa, tetapi beliau makannya tidak terlalu banyak, mungkin begitu kebiasaan dan porsi makan Jokowi sehingga badannya tetap kurus atau mungkin beliau sedang tidak terlalu berselera makan.
Saat kami sedang menyantap hidangan makanan tiba-tiba dari arah pintu masuk muncul empat orang berpakaian biasa, mungkin mereka bermaksud untuk makan di situ. Melihat di dalam ada Jokowi dan beberapa orang lainnya serta polisi berseragam, mereka pun segera ke luar lagi, di luar terlihat mereka dihampiri seseorang, setelah berbincang sejenak kemudian mereka masuk lagi dan duduk beberapa meja di belakang mejanya Jokowi. Mungkin tadi di luar mereka berbicara dengan asisten pribadinya Jokowi dan dipersilahkan untuk tetap masuk dan melanjutkan niatnya untuk makan di situ.
Usai menyantap hidangan makan yang tidak banyak itu Jokowi kembali berbincang dengan Maruarar Sirait dan orang di depannya, dari nada pembicaraan mereka kedengarannya masalah yang dibicarakan cukup serius, kelihatan juga dari roman muka Jokowi yang nampak lebih serius. Perbincangan itu tidak berlangsung lama setelah seseorang berbaju batik berbisik kepada Jokowi dan mereka berdiri dari tempat duduknya.
Melihat Jokowi berdiri mau meninggalkan mejanya, Irzal dan Muhyat segera menghampiri Jokowi dan minta izin untuk berfoto bersama, Jokowi pun tidak menolaknya dan saya segera mengambil kamera poket yang selalu dibawa di dalam kantung rompi untuk mengabadikan momen yang sangat susah didapat itu. Setelah mengambil foto saya pun menghampiri Jokowi untuk meminta izin berfoto dengan saya dan beliaupun menganggukan kepalanya. Melihat kami berfoto bersama Jokowi tiba-tiba beberapa orang tamu rumah makan yang tadi duduk di belakang meja Jokowi langsung berhamburan menghampiri Jokowi untuk berfoto bersama, beliau mempersilahkannya dengan baik dengan senyuman khasnya. Pada kesempatan itu pula teman saya Muhyat memberikan cinderamata kepada Jokowi berupa T-Shirt kampanye yang khusus kami bikin sendiri dengan tulisan PAHMI PROJO-JK di dada kiri dan dibawahnya ada lingkaran merah dan gambar Jokowi-JK berwarna hitam dengan tulisan ‘Persaudaraan Perhimpunan Masyarakat Indonesia Pro Jokowi-JK’ yang melingkarinya.
Irzal dan Muhyat Berfoto Bersama Jokowi Usai Makan di Nagreg |
Rombongan Jokowi keluar dari rumah makan dan bergegas masuk ke dalam mobilnya masing-masing untuk segera kembali ke perjalanan menuju kota Garut, jarum jam menunjukkan pukul 19.42 saat saya menghidupkan mesin mobil dan bersiap mengikuti rombongan kecil kampanye Jokowi. Dua mobil polisi pengawal berjalan di depan diikuti sebuah minibus warna gelap dan tepat di belakangnya adalah minibus putih yang ditumpangi Jokowi, di belakang Jokowi ada lagi minibus warna hitam. Pada perjalanan menuju kota Garut kami diberikan ruang khusus oleh polisi pengawal untuk mengikuti rombongan kecil itu di belakang minibus hitam yang ada tepat di belakang minibus putihnya Jokowi, dua mobil polisi pengawal berada di belakang kami, perasaan saya saat itu sangat bangga karena bisa masuk di dalam rombongan kecil Jokowi dalam perjalanan dari Nagreg menuju kota Garut. Dengan pengawalan ketat dan kondisi jalanan yang sangat lancar rombongan bisa memacu laju kendaraannya dengan kencang. Kurang dari satu jam kemudian rombongan sudah memasuki pusat kota yang terkenal dengan julukan kota dodol itu dan kemudian langsung menuju ke stadion Garut, tempat yang sudah direncanakan untuk kampanye Jokowi di kota itu.
Di sepanjang jalanan kota Garut nampak masyarakat yang antusias untuk menyambut atau mungkin sekedar ingin melihat Jokowi secara langsung di pinggiran-pinggiran jalan, sehingga iring-iringan kendaraan rombongan kecil itu agak melambat sampai akhirnya masuk ke area parkir stadion Garut.
Di dalam stadion sudah padat dipenuhi oleh masyarakat pendukung Jokowi yang sudah menunggunya, mungkin mereka sudah berkumpul di stadion itu sejak sore tadi. Selain pengawalan yang sangat ketat dan padatnya massa di dalam stadion, membuat kami sangat susah mendekati panggung untuk mengambil foto kegiatan kampanye Jokowi di kota Garut, kami hanya bisa melihat Jokowi dari tepi stadion sambil mendengarkan orasinya dari jarak yang cukup jauh. Dalam kampanye itu terdengar jelas sambutan salah seorang tokoh masyarakat Garut yang kemudian memberikan gelar sunda kepada Jokowi dengan julukan ‘Ki Jaka Winata’ yang artinya ‘Jaka’ memiliki arti ksatria, Winata ialah yang mengatur, menata, mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya manusia bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Selesai berkampanye di stadion Garut rombongan kembali berjalan menuju sebuah pesantren di kecamatan Samarang Garut, pada perjalanan dari stadion Garut rombongan sudah kembali lengkap, lebih dari dua puluh mobil peserta rombongan termasuk relawan dan pers dengan pengawalan polisi berjalan lambat sambil membagi-bagikan kaos atribut kampanye kepada masyarakat yang menyambut Jokowi di sepanjang tepian jalan.
Seperti halnya di tempat-tempat sebelumnya dan mungkin juga karena waktu yang sudah malam, kampanye Jokowi di sebuah pesantren di kecamatan Samarang Garut berlangsung sebentar saja, di situpun kami tidak sempat mengambil foto, kami hanya menunggu di luar mobil dan bersiap agar tidak ketinggalan rombongan saat melanjutkan perjalanan yang rencananya akan kembali ke kota Bandung untuk beristirahat.
Kurang dari satu jam kemudian mobil polisi pengawal yang berada di depan rombongan sudah mulai berjalan meninggalkan pesantren itu untuk melanjutkan perjalanan kembali ke kota Bandung. Dalam rombongan itu mobil kami memang tidak terlalu dekat dengan mobilnya Jokowi, tapi masih tetap berada dalam rombongan tepatnya di belakang mobil pers, di belakang kami masih ada beberapa mobil lain dan pengawalan polisi di paling belakang. Karena sudah cukup malam maka perjalanan iring-iringan kendaraan rombongan sangat lancar walaupun sekali-sekali melambat karena mungkin yang di depan sedang membagi-bagikan kaos kampanye kepada masyarakat yang masih menunggu Jokowi di pinggiran jalan.
Dalam perjalanan menuju kota Bandung rombongan kembali berhenti di kecamatan Tarogong Garut, sebagian ada yang masuk ke area parkir sebuah gedung di sebelah kanan jalan, tetapi sebagian lagi ada yang parkir di bahu sebelah kiri jalan, karena mungkin area parkir yang tidak cukup luas untuk menampung semua mobil rombongan Jokowi. Kami berhenti dan memarkir kendaraan sekira dua ratus meter dari gedung tersebut ke arah depan, sehingga nanti akan mudah untuk kembali bergabung dengan rombongan kalau mulai berjalan lagi.
Saya dan Muhyat turun dari mobil dan memasuki gedung itu, pak Hariadi dan Irzal menunggu di mobil. Di dalam gedung itu sudah dipenuhi massa dan Jokowi sedang menyampaikan orasi di hadapan massa pendukungnya. Jokowi hanya menyampaikan orasi kampanyenya dengan singkat dan padat, tidak lebih dari lima belas menit Jokowi sudah turun dari panggung sambil menyalami pendukungnya, kamipun bergegas kembali ke mobil yang jaraknya agak jauh agar tidak ketinggalan oleh rombongan.
Kampanye Jokowi di Tarogong Garut |
Dari kecamatan Tarogong Garut rombongan Jokowi melanjutkan perjalanan menuju kota Bandung. Jam sudah menunjukkan lebih dari pukul 11 malam saat kami melintasi lingkar Nagreg dengan kecepatan rata-rata 90 km/jam, kemudian memasuki jalan raya Rancaekek, masuk gerbang tol Cileunyi dan keluar di gerbang tol Pasteur melewati jembatan terkenal di kota Bandung ‘Jembatan Pasupati’, kemudian memasuki jalan Tamansari, jalan Wastukencana, jalan RE.Martadinata dan berbelok kanan ke jalan Ir.H.Juanda (Dago) sebelum akhirnya semua kendaraan yang ikut rombongan berhenti di hotel Holiday Inn di tengah kota Bandung yang sudah mulai sunyi sekira pukul 00.15 pagi.
Setelah menurunkan teman-teman di lobby hotel kemudian saya membawa mobil menuju area parkir kendaraan di belakang hotel. Saat menuju area parkir saya melihat pak Hariyadi sedang berjalan bersama Jokowi memasuki pintu masuk gedung hotel sebelah kiri. Di tempat parkir saya tidak segera menuju hotel melainkan hanya turun dari mobil untuk menggerakkan badan yang sudah mulai lelah karena menyetir dan mengikuti rombongan Jokowi seharian. Saya masih menunggu kabar tentang kepastian untuk dapat beristirahat di hotel ini atau tidak? karena kami baru bergabung di hotel tempat beristirahat rombongan Jokowi pada pagi ini, belum ada kepastian apakah kami bisa dapat kamar hotel untuk beristirahat atau harus kembali ke posko relawan di jalan Astana Anyar tempat kami menginap tadi malam? Kami mempercayakan kepada pak Hariyadi yang mungkin akan berbicara langsung kepada Jokowi agar kami diberi izin untuk beristirahat di hotel ini. Sementara peserta rombongan lain sudah mulai memasuki kamarnya masing-masing karena mereka secara resmi mengikuti rombongan mulai dari Jakarta. Cukup lama menunggu informasi dari pak Hariyadi yang sedang melobi Jokowi sambil merebahkan diri di kursi mobil, udara kota Kembang di luar sudah mulai terasa dingin, berharap untuk segera membersihkan diri dan rebah di kasur empuk yang hangat dalam dinginnya udara kota berjulukan Paris van Java yang terkenal sejuk itu.
Bunyi nada panggil handphone berdering terdengar agak keras dalam suasana yang sudah mulai sunyi, Irzal yang menunggu di lobby hotel menelpon dan memberi kabar bahwa kami memperoleh sebuah kamar di lantai tiga. Tanpa menunggu lama segera mengambil tas dan mengunci pintu mobil kemudian berjalan menuju lobby hotel. Irzal dan Muhyat sudah berdiri menunggu di lobby hotel dekat pintu lift, tetapi pak Hariyadi tidak kelihatan ada di sana. Tak lama kemudian pintu lift terbuka kami langsung masuk lift menuju kamar yang sudah dipersiapkan buat kami beristirahat pagi ini. Irzal mengambil sebuah kartu sebagai kunci pintu kamar hotel dari sakunya dan segera membuka pintu kamar, di dalam kamar sudah ada pak Hariyadi menunggu kami sambil duduk di atas sofa di sudut kamar, rupanya dia sudah duluan masuk ke dalam kamar, ko kartu kunci pintunya ada dua??
Tim Relawan Pahmi ProjoJK, pak Hariadi, saya dan pak Muhyat |
blogger, tip, trick, meta tag, pagerank, seo, traffic, online, business
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bizril Blog ™ adalah DoFollow blog
.
Tulislah komentar dengan menggunakan bahasa yang baik dan tidak menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan). Usahakan agar komentar anda relevan dengan topik bahasan.
Boleh menyertakan 1 link pada komentar, tetapi jika lebih dari 1 link akan dihapus.
Terimakasih atas komentar anda.