11.5.17

Ahok dan Istilah Perjuangan Butuh Pengorbanan

Ahok dan Istilah Perjuangan Butuh Pengorbanan
Selamat pagi dan selamat minum kopi hangat di hari Kamis nan cerah, semoga Alloh SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayahnya pada kita semua, Aamiin YRA.

Pilkada DKI sudah dilalui dengan aman dan tertib, namun kita bangsa Indonesia pasti tidak akan melupakan dari hingar bingar Pilkada DKI, walaupun bukan warga Jakarta tetapi sebagai Ibukota tentunya menyedot perhatian.

Yang paling tidak bisa dilupakan dari nuansa Pilkada DKI adalah ramainya peran agama dalam kehidupan politik di negeri ini yang tidak menganut suatu ajaran tetapi Bhineka Tunggal Ika. Walaupun guncangan hebat mengancam perpecahan bangsa tetapi alhamdulillah Bhineka Tunggal Ika mampu menyatukan bangsa ini dari ancaman-ancaman hebat. Walaupun pada akhirnya kesalahan (keseleo) lidah Ahok di Kepulauan Seribu berdampak fatal dengan berujung vonis hukum pidana pelecehan agama.

Dari perjalanan Pilkada DKI dan keseleo lidah Ahok yang berakhir dengan vonis hukum pidana itu kita semua harus mampu mengambil hikmahnya, bahwa ternyata segelintir kaum fanatis agama saja tidak mampu meruntuhkan kebhinekaan bangsa ini, bahkan sebuah organisasi fanatik agama yang dicurigai mau memeksakan kehendaknya terancam dibubarkan karena dianggap mengancam Pancasila.

Perjuangan Perlu Pengorbanan, itu suatu istilah yang sering kita dengar, terutama pada jaman perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajajah, namun istilah itu mungkin tidak banyak dirasakan pada jaman merdeka sekarang ini. Ahok yang divonis 2 tahun penjara telah membuktikan benarnya istilah itu, Ahok yang kini meringkuk di dalam sel penjara akhirnya menjadi korban atas perjuangan untuk mewujudkan birokrasi yang bersih di negeri ini.

Sebagaimana kita tahu birokrasi di negeri ini pasca orde baru memang sangat bobrok, peninggalan orde baru masih terasa kental di jaman reformasi sekarang ini. Korupsi, Gratifikasi, Nepotisme, Pungli dan kebobrokan-kebobrokan birokrasi bukan hanya di pemerintahan pusat namun menjalar sampai ke pemerintahan terrendah sekalipun.

Tidak banyak pejabat administratif suatu daerah yang seperti Ahok, dengan dukungan dari legislatif yang sangat minim bahkan di dalam eksekutif sekalipun masih banyak yang kontra kepentingan, Ahok berusaha melawan dan membenahi semua kebobrokan birokrasi yang ada di pemerintahannya dengan caranya yang tegas dan bahkan dianggap arogan. Banyak pihak yang tidak suka dengan cara Ahok.

Tetapi memang Ahok benar, untuk melawan kebobrokan birokrasi terkadang tidak bisa diselesaikan dengan cara yang lembut dan santun, terkadang diperlukan tindakan yang dianggap arogan, apalagi sekelas DKI Jakarta yang memang sudah terlalu lama dijejali pengaruh Orde Baru, hanya ada 2 cara untuk melawannya yaitu dengan cara arogan seperti Ahok atau dengan memutuskan rantai pengaruh untuk revolusi mental, seperti dlakukan Jokowi pada pemilihan Kapolri Tito Karnavian.

Sebenarnya pasangan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Jokowi-Ahok adalah pasangan yang sangat ideal, Jokowi yang banyak berperan untuk berjuang ke luar dan Ahok yang bayak berperan membersihkan dan membenahi di dalam, gabungan keduanya yang sangat solid itu akan menghasilkan tatanan pemerintahan yang bersih dan birokrasi yang baik.

"Saya mimpi tentang sebuah dunia dimana ulama, buruh, dan pemuda bangkit dan berkata, stop semua kemunafikan ! Stop semua pembunuhan atas nama apapun.. dan para politisi di PBB, sibuk mengatur pengangkatan gandum, susu, dan beras buat anak-anak yang lapar di 3 benua, dan lupa akan diplomasi.
Tak ada lagi rasa benci pada siapapun, agama apapun, ras apapun, dan bangsa apapun..dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik."
― Soe Hok Gie





Dengan perjalanan Pilkada DKI Jakarta lalu kita semua mampu mengambil hikmahnya bahwa ternyata kebaikan tidak selalu memperoleh dukungan, bahkan kalah oleh hasrat kekuasaan yang merupakan salahsatu hawa nafsu manusia dengan menghalalkan segala cara, walaupun harus membawa nama Agama ke dalam politik demi untuk sebuah kekuasaan.

Hikmah lainnya yaitu membenarkan istilah Perjuangan Butuh Pengorbanan, ternyata bukan hanya kata-kata istilah belaka yang sering didengar pada jaman perjuangan bersenjata, namun ternyata benar adanya dengan fakta berakhirnya perjuangan seorang Ahok hingga masuk penjara. Namun diri Ahok yang dipenjara bukan berarti perjuangannya berakhir, perjuangan Ahok untuk birokrasi yang bersih akan menghasilkan Ahok-Ahok lain yang akan terus berjuang untuk melawan birokrasi kotor dan korup di negeri ini.

Terimakasih Ahok, terus maju Ahok ! badan anda di penjara tapi perjuangan anda terus berkobar di alam merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bizril Blog ™ adalah DoFollow blog
.
Tulislah komentar dengan menggunakan bahasa yang baik dan tidak menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan). Usahakan agar komentar anda relevan dengan topik bahasan.
Boleh menyertakan 1 link pada komentar, tetapi jika lebih dari 1 link akan dihapus.
Terimakasih atas komentar anda.